Aug 11, 2012

Dialog Rahasia Kita

Teringat dengan 6 tahun lalu, ketika teman-temanku satu persatu pergi menggapai cita-citanya. Sedang aku masih teronggok termenung melihat jalanku yang entah akan dimana.
Marah, marah aku marah. Mengapa Tuhan begitu lambat mengabulkan. Aku kecewa ketika mereka meraih apa yang dinginkan, bahkan yang menurutku tak lebih pintar secara akademik ketimbang aku. Tuhan ini sedang kemana? (kesombongan tertara)

Semua kubanting, ku lembar, saat aku tertolak. Kacamata hilang, aku menangis sejadi-jadinya. Tapi beginilah hidup.
Doa ku mulai berisi paksaan, kalang kabut. Belum lagi ketika banyak yang bertanya “akan kemana?” aku tak tahu mesti jawab apa. Aku hanya tau, aku tak mungkin memasukkan diriku pada situasi yang tidak aku senangi, tidak aku kehendaki. Walaupun aku tetap nunut dengan apa kata orang, tapi hati ku tetap tidak. Aku hanya tau Allah sedang menyiapkan tempat terbaiknya untuk aku tempati belajar.
Jadilah di akhir masa penantian, diantara lelah dan nyaris putus asa. Pengumuman itu datang. Bahkan lebih tinggi dari apa yang aku harapkan. Allah terimakasih.

Kali ini situasinya sama, hanya saja mimpi lain dari rencana besarku baru saja di penuhi.
Mereka satu per satu pergi, sedang aku? Aku saja masih bingung dengan ingin dan tujuanku. Bahkan memasuki hari ketiga di sepuluh hari terakhir bulan ramadhan, aku baru sadar aku sama sekali belum pernah berdoa mengenai hal ini.
Aku tatap kosong layar internet, tempat mengurus mimpiku yang lain. Dan yang satu ini... tetap saja membuat ku bingung, apa yang harus ku panjatkan, apa yang harus ku pinta. Sampai akhirnya dua temanku kembali pergi lagi. Aku makin bingung. Tujuannya, penyelesaian mimpiku, seperti apa, bagaimana. Aku menjadi tak berani untuk meminta.
Padahal ini 10 hari terakhir.
Ini tidak biasa.
Merasa kalah??? Bukan, ini tidak seperti 6 tahun lalu, ketika aku merasa tertinggal. Aku hanya bingung, antara ingin, butuh, dan situasi yang ingin ku buat sempurna.
Pada akhirnya aku hanya bisa mengembalikan ini padaMu Allah. Aku benar-benar tidak tahu apa yang terbaik, aku hanya sedih ketika mereka semua pergi. Aku hanya takut menjadi yang terbelakang dan terlambat. Aku... semoga aku tidak sedang meragukan kuasaMu dan skenario hidup buatanMu yang terbaik itu.
maaf...

aku ingin ini ramadhan terakhir aku mempertanyakan ini... pertanyaan dalam dialog rahasia kita. Karena aku wanita.
23 Ramadhan 1433H
Nuram Mubina, S.Psi, cM.Psi.