May 25, 2011

Cerita Cinta Masa Kecil

Akhir-akhir ini saya sering disibukkan dengan proses pembelaan diri dari ejekan anak-anak. Tahu tentang apa??? Heffffttt,,, tentang hubungan lawan jenis, yup mereka berusaha memasang-masangkan saya dengan seseorang, yang sebenarnya lebih muda dari saya usianya. Baiklah, sebenarnya itu tidak begitu menjadi masalah bagi saya karena tidak terjadi proses kimiawi (baca: Chemistry) apapun dalam hati dan otak saya. Hanya saja menjadi sedikit tergelitik ketika tiba-tiba saja salah seorang dari mereka yang sering menggoda saya ini dua kali berkata pada saya: “duh ibu cantik banget sih...”

Ooh apakah iya saya cantik? ahaha, saya yang tahu sejauh mana kualitas penampilan saya merasa, ungkapan ini agak berlebihan, terlebih karena memakai kata “banget”. Dan apa yang saya ketahui kemudian, tak dinyana anak ini “suka” dengan orang yang sedang dipasang-pasangkan dengan saya. Hoho... inilah jawabnnya, mengapa saya dipuji “cantik”. Luluh sudah GR yang menggelayut di hati saya. Sepertinya ia menganggap benar-benar terjadi sesuatu antara saya dan bapak itu... astaghfirullah, saya menjaga hati saya atas kejadian ini.

Cinta masa kecil, saya bisa jamin beberapa tahun mendatang seandainya anak ini datang kembali kepada saya, ia akan tersipu malu bila saya ceritakan moment-moment seperti ini. Sudahlah... kita buktikan nanti 

Ada satu cerita lagi tentang cinta masa kecil, kali ini menyangkut hati saya. Ehm, saya harap bukan ejekan yang akan saya dapat, tapi sebuah pelajaran berharga yang bisa diambil secara objektif untuk kehidupan yang lebih baik.

Satu kali saya temukan bahwa orang yang dulu pernah berada dalam hati saya, saat saya kecil, kini telah (atau sedang) menemukan tambatan hati. Saat melihat fotonya, pada akhirnya saya meraba-raba hati, ingin mencari sadar tentang apa yang terjadi pada hati saya. Saya geser rabaan saya ke sebelah kanan, kiri, depan, belakang, hingga saya bolak balik hati itu, mencari apakah masih akan ada perasaan aneh yang muncul. Ternyata yup! ADA! Tapi... bukanlah sebuah perasaan marah karena sesuatu yang menjadi hak diambil oleh orang lain, melainkan seperti perasaan kalah, kalah karena seorang yang pernah menjadi sesuatu dalam hati saya dulu, kini (mungkin) telah menemukan tambatan hatinya, sedang saya, saya masih berusaha meminta pada Allah untuk dapat menjemput rizki serta mencoba memperbaiki diri agar tak mengecewakan.

Baiklah kita kembali pada bahasan cinta masa kecil. Tujuh atau delapan tahun adalah waktu panjang untuk saya dapat berbenah hati. Dari hati yang benar-benar berbunga menikmati cinta ala masa remaja, menjadi hati yang hitam kelam penuh badai karena harus merasakan sakitnya berpisah (lebay banget ni..), hingga mulai kembali cerah berawan, hingga benar-benar cerah layaknya langit biru saat mulai menemukan makna hidup bertuhan dan komitmen menjadi seorang yang tertarbiyah.

Waktu tujuh atau delapan tahun bukanlah waktu pendek untuk dapat merupah mindset atau konsep pikir tentang bagaimana pasangan ideal. Belajar dari banyak pengalaman mereka yang telah lebih dahulu menyempurnakan separuh dien, belajar bagaimana menjadi layak untuk dipinang dan mendampingi seseorang berpuluh-puluh tahun mendatang.

Cinta masa masa kecil memang memberi banyak pelajaran, bukan hanya untuk diri saya tapi juga untuk orang disekitar saya, untuk bisa menjadi lebih baik, untuk lebih bisa hati-hati menjaga hati. Saya jadi teringat betapa saya dulu pernah memandangi cermin sambil berpikir, melihat mata yang sembab karena terlalu banyak mengeluarkan air mata, meratap karena harus berpisah dengan seorang yang saya “sukai”. Namun sekarang rasanya agak berbeda,,, malah mungkin banyak berbeda, menjalani teknis dari konsep hidup bertuhan dan tertarbiyah membuat saya bisa mengatur hati dan otak saya ketika bertemu dengan:: cinta. Tidak lagi terburu-buru dan memburu untuk berdekatan dan memiliki, atau sekedar menguhubngi dan menjalin percakapan, semua dapat saya atur dengan otak yang terpagar syariat (insyaAllah).

Hem,,, dalam ilmu yang saya tekuni, psikologi, cinta masa remaja masuk dalam jenis cinta romantis. Cinta jenis ini secara teori hanya bertahan 3-5 tahun, yup sesuai dengan keadaan saya selama ini. Makanya, dalam membangun sebuah keluarga yang memiliki jangkan waktu panjang dalam kehidupan bersama yang lebih dibutuhkan adalah cinta karib yang lebih dipenuhi oleh komitmen dan perasaan sayang. Walaupun demikian, cinta romantis juga dibutuhkan untuk memeberikan kesan berbeda dan tidak monoton (dinamis) dalam kehidupan berpasangan, untuk menghadirkan kembali gairah dan semangat menjalani kehidupan.

Maka dengan pemahaman seperti itu, sedikit banyak membuat konsep saya mengenai pasangan hidup bergesar dari orang yang nyaman dilihat secara fisik dan membuat kita merasa tergebu-gebu untuk memiliki, menjadi nyaman secara psikis dan dapat menjadi ayah bagi anak-aak saya nantinya, dalam artian konkrit dia adalah orang yang memiliki satu visi dan misi dengan saya dalam membangun sebuah keluarga.

Fuuuuh,,, bicara sampai mana ini??? Baiklah...

Intinya, saya hanya sedang flash back mengenai perkembangan hati saya menanggapi masalah cinta. Dan saya dapat menarik kesimpulan bahwa,,, cinta masa kecil, sangat mungkin dianugerahkanAllah kepada mita untuk membuat kita dewasa, pembelajaran dengan rasa ‘nano-nano’ yang akan membuat diri kita bijak memandang hidup yang tak bisa dikatakan stabil. Mengapa??? Karena dinamisasi diri dan labilitas iman membuat kita harus berusaha untuk istiqomah berdiri pada jalan menuju kebaikan yang sesuai syariat...
Hehe,,, panjang... baiklah.

Thanks to anak-anak kelas 6 yang memberikan saya insight tentang cinta masa kecil, dan untuk cinta masa kecil saya,,, hahaha... tentu dirimu tahu mana yang terbaik untukmu, semoga Allah ridho dengan apa yang kau putuskan 
Hehe... sebuah hasil pikir selama perjalan pulang. Semoga memberi inspirasi.

1 comment: