Feb 10, 2011

MaMa


Kalau sedang tidak main lappy, kerjaan ku di malam hari adalah menemani mama nonton sinetron di televisi. Astaghfirullah jalan ceritanya, penuh dengan intrik yang tidak realistik. Jika mama sangat lelah, kemudian bapak nonton televisi di kamar adikku, maka dengan sangat bahagia aku bisa menikmati televisi di ruang keluarga sendiri, gonta-ganti chanel sesuka hati. Namun, malam ini sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak padaku, adikku belajar dikamar, otomastis televisi di sana mati, dan mama menguasai televisi di ruang keluarga. Alhasil nasibku, pengang mendengar teriakan-teriakan aneh dalam sinetron aneh.
Apakah ibu-ibu dimana-mana sama? Menyenangi sinetron? Heemmm,,, suatu kali aku pernah melihat mata mama yang menggenang melihat sinetron aneh itu, saat aku tanya, kata beliau, hanya sedang membayangkan bila putra-putrinya tertukar... Haduuuuh mama,,, yang selalu aku anggap sebagai wanita modern, yang punya karir cemerlang, selera baju yang bagus, lidah yang sensitif dengan rasa masakan tidak enak, bisa-bisanya menangis Cuma gara-gara sinetron aneh: Putri yang Tertukar. Atau memang setiap ibu itu akan sangat sensitif mengenai masalah putra-putrinya?
Hem...
Mamaku itu cerewet, banyak nuntut, punya standar tinggi. Yup saat ini pun mama sedang memarahi adikku masalah lampu kamarnya yang remang-remang. Selama satu bulan, diawal kepulangan, aku banyak kaget dengan sikap mama. Hidup yang tidak pernah diatur seseorang, sekarang menjadi banyak sekali aturan yang harus dipatuhi. Telinga yang damai karena selama empat tahun tinggal sendiri, sekarang harus siap siaga dan kebal menerima banyak rentetan kata-kata. Yang biasanya menetapkan standar sendiri dalam target-target kecil, sekarang harus di sesuaikan juga dengan standar mama, belum lagi kualitas pekerjaan rumah (beberes). Kalau dulu di semarang mungkin aku adalah akhwat paling berantakan masalah kamar, sekarang jelas tidak bisa, bisa-bisa di aku akan tertembak dengan rentetan peluru kata-kata yang memekakkan telinga.
Hem,,,
Mamaku itu, wanita hebat. Aku memperhatikannya satu bulan terakhir ini, ketika khadimat kami pulang kampung, beliau bangun ketika aku, bapak, (apalagi) pinto belum bangun. Jam setengah empat beliau sholat malam, merebus air untuk bikin teh, sholat subuh, masak untuk sarapan, lalu mandi, kemudian dandan, dan jam 6.30 teeeet,,, pergi ke kantor. Setiap pukul 5 kurang 15 telpon rumah berbunyi, mama minta jemput... hahahay, belum lagi di rumah melayani pasien periksa, yang kadang-kadang dateng gak kira-kira waktunya, coba bayangkan, pernah pasien datang pukul 11, 12 malah ada yang pukul 2 pagi. Sampai satu kali pernah tak seneni,,,bu,,,pak,,,, mama saya juga butuh tidur kali.
Hem,,,
Mamaku itu sebenarnya teramat sangat sayang pada aku dan adikku. Aku tahu, tangisannya melihat sinetron (aneh) putri yang tertukar itu adalah refleksi dari perasaannya terhadap kami, anak-anaknya yang nakal ini. Sampai-sampai sekarang ini, aku yang biasa naik motor ngalor-ngidul, nyaris selalu mendengar, “mending perginya dianter adikmu aja” atau “sudah gak usah nganter sampe kantor, saya ngerriiiiii kalo macet begini, takut kamu ada apa-apa.” Haduh mendung saya menuliskannya.
Hem,,,
Awal aku pulang, stres ku melanda dengan semua aturan mama di rumah, pergi harus jelas akan kemana, piring harus segera di cuci, jemuran yang harus diambil, teriakan harus mandi 2 kali sehari (kejadian ini menimpa adikku, bukan aku..), lipet selimut, daaan lain-lain aturan ala mama...tapi, lama aku sadar, ya memang hidup emang harus begitukan, karena berposisi sebagai anak, ya memang harus mau menerima otoritas dalam keluarga.
Kalau mau tidur, karena mama pasti lebih dulu tidur ketimbang aku, aku sering banget mandangin wajahnya. Kerut-kerutnya (ternyata mama ku sudah tua, ahahhaa), aku juga sering memperhatikan tarikan nafasnya, hanya takut terjadi apa-apa.
Aku yang pernah sangat tidak menerimanya, dengan sangat kurang ajar aku tuliskan kekesalanku itu di sebuah buku, dan dengan teledor aku taruh di lemari buku yang mudah dijangkau, kata adikku mama pernah sekali membacanya, aku malu... tapi aku bingung akan di taruh dimana wajah ku bila tak disini (#menujuk wajah)...
Mama, maafin kakak yah.
Aku mulai mendung mengetik tulisan ini. Aku tahu dan sadar, mamaku memang berbeda dengan mama yang dimiliki kawan-kawanku. Mama seingatku hanya satu kali mengantarku sekolah dasar, mama juga sangat sulit punya waktu untuk mengambil raport ku dulu karena kesibukannya. Karena kesibukannya pula, pada acara kemah pertamaku, aku harus menelpon mamanya temanku untuk menanyakan “tante, apa yang harus di bawa saat kemah?”
Mamaku yang selalu risih saat aku menempel-nempel dan gelendotan. Dengan marahnya ia mengkhwatirkan kesehatanku. Mamaku yang memutuskan cuti satu minggu untuk menemaniku memulai hidup di semarang. Mama yang memintaku pulang dengan tangisannya. Mama...yang sering membuatku sedih, bila ingat aku ini sering berbuat durhaka padanya...
Hem,,,
Mama. Maafin kakak, sekali lagi maafin kakak.
Sekarang, kalau mama mulai teriak-teriak mengingatkan seluruah aturan rumah, aku akan bernyanyi dengan kata-kata yang diteriakkannya, aku tidak mau hatinya tegang karena kenakalan kami, anaknya. Ya walaupun aku tahun suaraku jelek, malah disitu titik humornya, seperti tadi sore saat adikku di suruh mandi, maka aku bernyanyi: “mandi, mandi, biar mama gak marah lagi,,, ahahaha”
--------------------------------------



SELAMAT HARI IBU...... :)

No comments:

Post a Comment