Jun 28, 2009

Psikogeriatri: Lansia dalam Berbagai Budaya

Lansia dalam Berbagai Budaya

ASIA
• Indonesia
Studi-studi yang memfokuskan kepada orang lansia (aging) di Indonesia, telah mengungkapkan bahwa orang-orang lansia masih diberikan penghargaan yang layak, dianggap sebagai sumber kearifan, orang yang patut dihormati, tokoh yang merestui, melindungi dan menjadi panutan bagi keluarga yang lebih muda. orang lansia memiliki peranan dalam kehidupan sosialnya sebagaimana halnya sebagai salah satu anggota kerabat atau masyarakat secara lebih luas. Oleh karena itu, peranan mereka dalam masyarakat masih sangat diperhitungkan.
Deskripsi etnografi suku bangsa di Indonesia memberi gambaran tentang kedudukan orang tua dalam sistem kekerabatan dan masyarakatnya. Orang lansia merupakan kelompok sosial yang dihormati dan dihargai. Sikap dan perlakuan terhadap orang-orang tua dinyatakan secara simbolik dalam upacara perkawinan (Swasono, 1989)
Nias
Pada suku Nias, masa tua dalam keluarga dianggap saatnya menjadi penasehat, dihormati oleh segenap anggota keluarga dan komunitas dan menjadi seorang yang dalam legenda suku bangsa Nias disebut Todo Hia. Nasehatnya selalu dipatuhi karena dianggap sebagai orang yang patut dipercayai dan bijaksana. Seseorang yang telah berumur tua memiliki banyak pengalaman dan menjadi sumber cerita, legenda dan mitos (Laiya 1983:54).
Masa tua diistilahkan di Nias bawa lewato yang berarti pintu gerbang kuburan. Menurut mereka, kematian telah dekat bagi mereka. Karena itu anak-anak dan keturunannya selalu memelihara mereka dengan baik dan hati-hati. Anak-anak akan menyuguhkan makanan yang baik dan pakaian yang baik dan pantas dan mematuhi perintah mereka serta melayani mereka dengan hormat (Laiya 1983: 55).


Jawa
Pada suku bangsa Jawa orang-orang tua dipandang berhak atas penghormatan yang tinggi dan banyak yang hidup menghabiskan umurnya semata-mata dengan menerima penghormatan, karena kelebihan pengetahuan mereka akan masalah kebatinan dan masalah praktis. Tetapi bagi mereka yang jompo dan pikun penghormatan bisa menjadi berkurang (Geertz 1985:149). Hubungan penghormatan dapat dilihat dalam penggunaan bahasa yang tinggi (krami) ketika berbicara kepada orang tua, dan dalam keluarga priyayi tradisional orang malahan menyembah dahulu sebelum berbicara (Koentjaraningrat 1994 :273). Kehidupan orang tua pada umumnya tenang. Mereka sangat berguna untuk mengasuh anak-anak di dalam keluarga, dan biasanya terdapat hubungan yang hangat dan tidak canggung antara mereka yang lebih tua dan yang lebih muda di rumah.
Bali
Orangtua diibaratkan Tuhan yang nyata. Walau rajin bersembahyang, tetapi tidak hormati orangtua, dalam Sarasamuccaya dijelaskan, anak bertengkar dengan orangtuanya, dia pasti akan mendapatkan penderitaan. Dalam Veda dijelaskan, siapa saja mempunyai masalah dengan orangtua pasti hidupnya tidak akan selamat. Jika seseorang memelihara orangtuanya dan bersama-sama hingga kematian menjemput mereka, bayarannya surga. Dalam Catur Warna Asrama Dharma sudah dijelaskan ke dalam konsep budaya yang ada di Bali. Misalnya ketika masih ada dalam brahmacari disebut Ni Ketut (perempuan) dan I Made (laki). Setelah berkeluarga punya anak dipanggill Pan…. Kemudian menjadi kakek. Secara struktural konsep ini sudah ada. Persoalannya nilai dalam Catur Warna Asrama Dharma tidak terwariskan. Mungkin dalam kasus tertentu orangtua tak memelihara dengan baik anaknya, sehingga anaknya punya dendam. Secara umum ajaran Catur Warna Asrma Dharma diimplementasikan dalam kehidupan sosial masyarakat di Bali, desa pakraman dianggap asrama, tempat orang Hindu bertempat tinggal dan melakukan kewajiban sesuai kedudukannya.


Minangkabau
Pada suku bangsa Minangkabau, orang tua dalam keluarga luas matrilineal dipandang sebagai orang yang patut dihormati. Orang tua laki-laki memperoleh gelar kehormatan dan menjadi pemimpin bagi keluarga luasnya atau kampungnya. Laki-laki tua (mamak) memberikan nasehat untuk semua masalah terutama masalah adat (Navis 1984). Sebagaimana dinyatakan dalam ungkapan kok pai tampek batanyo, kok pulang tampek babarito (jika pergi tempat bertanya, jika pulang tempat mengadu.
Penelitian Edi Indrizal (2005) mengenai orang lansia di Minangkabau, menunjukkan bahwa dalam tatanan ideal masyarakat matrilineal Minangkabau, hubungan struktur keluarga, ikatan solidaritas sosial, dan tradisi merantau kesemuanya fungsional sebagai jaminan sosial bagi orang lansia sehingga orang lansia tidak boleh hidup tersia-sia di hari tuanya, maka hal itu dapat menjadi aib malu anak-kemenakan, keluarga, kerabat atau bahkan orang sekampung. Namun dalam kondisi yang berubah dalam masyarakat Minangkabau kotemporer, diantaranya perubahan struktur keluarga luas ke keluarga inti, pola menetap neolokal, membawa konsekuensi perubahan fungsi struktur keluarga dan hubungan sosial dalam masyarakat Minangkabau. Perubahan-perubahan fungsi struktur keluarga membawa implikasi terhadap kehidupan orang lansia. Orang lansia tanpa anak memperoleh masalah tersendiri di dalam masyarakat Minangkabau, tampaknya lebih dominan masalah sosial dibandingkan masalah menurunnya kondisi fisik akibat usia yang bertambah tua.
Pada intinya lansia di Indonesia Kedudukan dan Peranannya dalam keluarga dan masyarakat masih dianggap sebagai orang yang harus dihormati dan dihargai, dianggap memiliki prestise yang tinggi dalam masyarakat menjadikan lansia secara psikologis lebih sehat secara mental. Perasaan diterima oleh orang lain akan mempengaruhi tanggapan mereka dalam memasuki hari tua, dan berpengaruh pula kepada derajat kesehatan lansia. Berbeda halnya jika lansia dianggap peranan yang tidak diinginkan dalam masyarakat.


• Korea
Di Korea orang percaya bahwa manusia diberi Tuhan jangka hidup selama 60 tahun. Orang yang hidup lebih lama berarti mengambil umur orang lain. Di Amerika Serikat usia tua adalah peranan yang tidak banyak diinginkan, dan kemungkinan kehormatan dan penghargaan lebih sering diimbangi oleh kurangnya perhatian kepentingan dan perhatian dari keluarga dan masyarakat. Laki-laki dan perempuan tua seringkali hidup dan meninggal “dalam keputusasaan’, merasa kekosongan semata-mata, mereka bukan apa-apa dan matipun bukan apa-apa (Foster & Anderson 1986).
Dalam hal ini, pemberian pelayanan kesehatan orang lansia dapat dilaksanakan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Menurut Martin (Adi 1999:205) kebanyakan orang Asia maupun orang Barat lebih memilih untuk tidak menempatkan orang tuanya di panti’. Pandangan budaya yang menghendaki orang tua adalah tanggung jawab anak, mendorong kembali kepada struktur keluarga luas, dalam konteks ini dapat disebut keluarga luas yang dipersempit, yang terdiri dari suami, istri, anak-anak yang belum mandiri dan orang tua

• India
Dalam perspektif Hindu usia tua adalah sebuah kehormatan. Sebab, tidak semua orang yang lahir hari ini bisa mencapai usia tua. Ada yang meninggal ketika masih dalam kandungan, begitu lahir, atau meninggal muda. Mencapai usia tua, karena mereka melakukan pertapaan kuat. Usia lanjut, adalah pahala dari kegiatan dharma-nya. Dalam Niti Sastra disebut werdhasewaya, yakni menghormati dan melayani yang lebih tua. Mereka dianggap medium untuk mendapatkan karunia Tuhan. Para orangtua merupakan kesayangan Tuhan. Anak-anak harus hormat pada orangtua agar beroleh karunia dari Tuhan. Di India, jika anak muda yang bertemu orangtua, dosennya atau orang yang lebih senior, menyentuh kakinya, maksudnya agar ada kekuatan dari atas mengalir.



• Mongolia
Pada masyarakat Mongolia menurut Onon “kehormatan dan kekayaan diberikan kepada orang-orang biasa, namun usia tua yang matang adalah anugerah sorga” (Foster & Anderson 1986). Berdasarkan hal ini, tidak ada seorangpun yang berusaha untuk menyembunyikan usianya yang tua. Semua orang dalam mengharapkan masa-masa dimana orang lansia menerima penghormatan dan penghargaan tersebut.


EROPA
Orang lanjut usia di Eropa yang membutuhkan perawatan, terurus paling baik di Denmark, Swedia dan Austria. Demikian hasil penelitian Biro Perencanaan Budaya dan Sosial (SCP) atas perawatan terhadap orang jompo di Belanda dan delapan negara lain di Eropa. Golongan ini meliputi lansia berusia 50 tahun ke atas dengan keterbatasan fisik maupun mental.
Orang jompo di Denmark, Swedia dan Austria memperoleh bantuan dan perawatan lebih ketimbang di sejumlah negara lain seperti Belanda, Jerman, Prancis, Italia, Spanyol dan Yunani. Di Swedia keluarga dan para kerabat lebih berperan dalam mengurus lansia. Sedang di Spanyol dan Italia, negara dimana keluarga menampung orang tua secara tradisional, lebih menyerahkan tugas itu kepada pembantu atau pekerja rumah tangga
Kewajiban merawat para lansia yang diatur undang-undang cukup beragam di Eropa. Pemerintah Belanda menetapkan kewajiban rawat jika tidak ada orang serumah yang mampu menampung. Di negara-negara Eropa Selatan, keluarga harus merawat orang tua mereka yang berusia lanjut. Pemerintah mengambil alih kewajiban mengurus orang jompo jika hanya keluarganya sama sekali tidak mampu memenuhinya. Sedang di Eropa Utara mereka bertindak lain lagi.
Belanda
Dalam banyak segi, keadaan di Belanda menggembirakan. Sebagai perbandingan, sedikit orang lanjut usia yang memiliki keterbatasan fisik dan mental. Hanya 30% saja dari lansia umur 50 tahun ke atas. Lagipula kelompok ini memiliki jaringan bantuan tak resmi yang cukup besar. Empat dari lima orang jompo umur 50 tahun ke atas mempunyai anggota keluarga dan sanak saudara yang mampu membantu mereka. Peneliti SCP Evert Pommer menegaskan Belanda juga masih berbeda dalam hal lain.
Perawatan bagi orang lanjut usia yang tinggal di rumah makin berkembang. Gagasan itu tumbuh, sebab pemerintah Belanda sangat memperhatikan kaum jompo. Tanggungjawab merawat pun bergeser ke pihak keluarga. Sebab itu peneliti Pommer mendesak diberikannya perhatian lebih terhadap bantuan tambahan dari sukarelawan untuk orang jompo. Ini perawatan bagi penderita sakit kronis, penyandang cacat dan yang membutuhkan bantuan dari orang-orang dekat seperti anggota keluarga, para kerabat, handai taulan dan tetangga.
Swedia
Pemerintah Swedia sudah memperkirakan biaya bagi golongan jompo ini bakal naik tajam lantaran jumlah lansia terus bertambah. Sebab itu mereka banyak menanam investasi pada pembinaan para sukarelawan. Menurut Pommer, Belanda juga harus bertindak serupa dengan cara misalnya memberikan aturan cuti yang lebih longgar dan bantuan keuangan lebih besar.












Proses Penuaan Penduduk DUNIA

Penuaan tidak hanya melanda negara-negara kaya saja, tetapi juga negara-negara berkembang. Jumlah orang lanjut usia tidak hanya meningkat di negara-negara Eropa Barat saja tetapi juga di Cina, India dan Brasil. Demikian tegas Nicholas Eberstadt dari American Enterprise Institute di Washington DC, Amerika Serikat, dalam wawancara berikut.Bukan masalah dunia Barat saja
Banyak orang mengira gejala penuaan global itu hanya menyangkut dunia Barat belaka. Apakah memang benar demikian? Menurut Nicholas Eberstadt itu tidak benar sama sekali. Memang selama ini di dunia Barat proses penuaan itu lebih cepat. Tapi adalah suatu kepastian aritmatik bahwa negara-negara yang berpenghasilan rendah akan menyusul.
Di beberapa negara, proses penuaanyanya malah sangat cepat. Umur lebih panjang dan rendah angka kelahiran akan menyebabkan penuaan penduduk. Separoh penduduk dunia tinggal di negara yang tingkat kesuburannya tidak memadai untuk pergantian penduduk. Ini terjadi di sebelas negara di dunia.
Jadi, berarti separoh penduduk dunia jelas mengalami gejala penuaan. Ini melebihi negara-negara maju. Ini berarti bahwa 25 tahun mendatang akan terjadi penambahan pesat jumlah penduduk yang lansia di beberapa negara yang berpenghasilan rendah di dunia.Bahwa ada anggapan negara maju saja yang menghadapi masalah penuaan penduduk, menurut Eberstadt disebabkan oleh sikap semacam selfreferential attitude di pihak dunia Barat. Mereka mungkin mengira bahwa ini adalah fenomena yang khas dan unik bagi mereka saja, karena mereka tidak memperhatikan apa yang terjadi dunia lain.

Penuaan Paling Cepat di Cina
Untuk melihat bagaimana kondisi negara-negara berkembang sehubungan dengan proses penuaan penduduk ini, sebaiknya mulai dengan Cina, sebagai negara yang paling banyak penduduknya. Berkat harapan hidup yang relatif tinggidi negeri itu, dan berkat angka kelahirannya yang sangat rendah, maka sudah tiba saatnya bagi Cina untuk menjadi negara yang paling cepat proses penuaan penduduknya.
Selama satu setengah dasawarsa angka kelahiran Cina sangat rendah. Dalam kondisi normal, jumlah orang lansia di Cina sangat cepat bertambah. Pada tahun 2025 kecepatan proses penuaan Cina melebihi kecepatan Amerika. Cina akan menjadi salah satu negara dunia yang paling banyak berpenduduk lansia. Rata-rata umur penduduk kira-kira 40 tahun.
Satu dari tujuh orang penduduk berusia 65 tahun lebih.Hanya sekitar seperenam angkatan kerja Cina yang ikut program pensiun. Misalnya para karyawan perusahaan negara. Program pensiun Cina sangat tidak berimbang. Dananya lebih rendah ketimbang jumlah kewajiban yang harus dipenuhi. Program pensiun Cina tidak bisa menyerap seluruh penduduknya.
Progam ini tidak bakal bertahan dan akan hilang. Cina belum menciptakan program pensiun aternatif. Satu-satu sistem pensiun di Cina adalah keluarga. Namun, karena ada program keluarga berencana dan karena sangat rendahnya angka kelahiran, maka bakal banyak orang tua Cina yang tidak memiliki anak laki-laki yang masih hidup pada saat mereka pensiun. Di budaya Cina, anak laki lebih berperanan ketimbang anak perempuan, untuk mengurus orang tua mereka yang sudah lanjut usia.
Menurut perhitungan Eberhardt pada tahun 2025 nanti sekitar 30 persen perempuan Cina memasuki usia pensiun, yaitu umur 60 tahun. Tiga puluh persen dari mereka tidak memiliki anak laki-laki. Tentu saja bakal ada anak laki yang sudah meninggal dunia pada saat ibunya mencapai umur 60 tahun. Jadi, 30 persen perempuan Cina tidak memiliki anak laki-laki yang masih hidup pada saat dia pensiun. Karena tidak memiliki sistem pensiun yang baik tadi dan karena sistem keluarga tadi, menurut saya Cina secara perlahan-lahan akan mengalami krisis kemanusiaan. Walaupun kita optimis, namun, demikian Eberhardt, tidaklah wajar kalau dunia menganggap bahwa Cina 20 tahun mendatang akan kaya seperti negara Barat atau Jepang sekarang. Yang menjadi tanda tanya besar adalah bagaimana nasib orang Cina di daerah-daerah terpencil di pedesaan yang sangat miskin.
Penuaan di Rusia Lebih Dramatis
Contoh lain adalah Rusia. Rusia sekarang juga merupakan masyarakat berpenghasilan rendah. Tendens proses penuaan di Rusia lebih dramatis dari Cina. Karena tingkat kesuburan Rusia sejak lama sangat rendah. Rendahnya tingkat kesuburan akan berdampak bagi proses penuaan penduduk secara keseluruhan. Pada tahun 2025 satu dari lima penduduk Rusia akan berumur 65 tahun atau lebih tua.
Cara Rusia menangani proses penuaan tidak menguntungkan. Angka kematian Rusia sangat tinggi saat ini. Tingkat kesehatan penduduk sangat rendah. Harapan hidup pria Rusia mungkin lebih rendah dari harapan hidup pria India atau Pakistan, mungkin lebih rendah dari Bangladesh. Ini terutama karena luar biasa tingginya angka kematian di kalangan angkatan kerja pria. Hanya lima puluh persen pria Rusia yang berusia 20-an sekarang bisa mencapai usia 65 tahun.
Rusia memiliki keterbatasan unik dalam upaya mengentaskan kemiskinan. Rusia akan memiliki jumlah besar penduduk lansia sehingga memikul beban berat pensiun. Sementara generasi mudanya juga menghadapi banyak kesulitan. Lebih parahnya, karena sektor kesehatan di Rusia juga bermasalah, maka kita tidak bisa mengharapkan orang-orang lansia Rusia akan hidup bahagia dan sehat. Di Jepang, di Eropa Barat, Amerika, Kanada atau Australia, penduduk lansianya lebih sehat dan aktif, malah lebih produktif dibanding masa-masa silam. Orang lansia di Rusia bakal menjadi beban berat. Ini problem besar yang dihadapi Rusia, padahal Rusia sudah banyak menghadapi kesulitan.

Penuaan di Brasil
Di bagian dunia lain, misalnya di Brasil dua dasawarsa berikut penduduknya juga akan bertambah tua dengan pesat. Tapi tidak secepat seperti Cina atau Rusia. Meskipun kebijakan pemerintahnya dalam menangani proses penuaan tidak bisa dikatakan bagus sekali, namun kondisi Brasil cukup baik.


Situasi di India Rumit
India, sebagai negara nomor dua berpenduduk terbanyak di dunia, situasinya luar biasa dan rumit. India mungkin bakal menjadi negara berpenduduk terbanyak di abad berikut. Di India ada perbedaan besar demografik di antara negara bagian.
Semua negara bagian di India lebih besar dari banyak negara Eropa. Ada beberapa negara bagian di India yang tingkat kesuburannya sekarang sangat tinggi. Tapi ada negara bagian di India yang tingkat kesuburannya agak rendah dan harapan hidupnya agak tinggi. Misalnya harapan hidup warga di sebuah negara bagian di pantai Barat Daya India adalah 70 tahun dan tingkat kesuburannya rendah. Profil umur di negara bagian ini akan menyamai Cina, malah mendekati profil usia penduduk negara-negara Barat pada dasawarsa berikut. Penghasilan negara bagian ini rendah. Mereka sangat miskin tapi sehat. Pemerintah India akan mengalami kesulitan untuk menangani masalah-masalah tersebut.Demikian Nicholas Eberstadt dari American Enterprise Institute di Washington DC.


Daftar Pustaka

http://www.citizennews.suaramerdeka.com/?option=com_content&task=view&id=144
http://www.cybertokoh.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=4313-20k-
http://www.depsos.go.id/modules.php?name=downloads&dop=getit&lid=126
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&jd=penuaan=melanda=seluruh=dunia&dn=20070926080609
http://www.ursip.pontianakpost.com/berita/index.asp?berita=opini&id=1544951


No comments:

Post a Comment